Search

#LiveinTheatre Sanggar Iswara Semarang

#LiveInTheater edisi kali ini masih bertema dengan tarian -tarian. Giliran Sanggar Iswara yang dipimpin Mbak Maya dan Mas Harel yang juga pemain wayang orang Laskar Muda Ngesti Pandowo Semarang yang kali ini memberikan sajian tari dengan konsep Tradisional Klasik.

Total ada 5 sajian tarian tradisional klasik dibawakan dengan gemulai oleh Sanggar Iswara,diantaranya Tari Gambyong Pareanom, Tari Merak Ngigel, Tari  Adaninggar Kelaswara, Tari Lintang Kemukus dan Tari Sancaya Kusuma Mitra yang kami tayangkan di channel Youtube Radjawali SCC sebanyak 2 sesi terpisah. Sesuai dengan visi dari Sanggar Iswara, semua tarian ini dipersembahkan untuk memperkenalkan tari tradisional klasik yang mana tidak kalah indahnya dengan tari yang berkembang di era modern saat ini.

Tari Gambyong Pareanom mengawali persembahan pertama Sanggar Iswara, Tari Gambyong Pareanom merupakan salah satu bentuk tarian Jawa klasik yang berasal-mula dari wilayah Surakarta. Pada dasarnya, gambyong dicipta untuk penari tunggal, tetapi sekarang lebih sering dibawakan oleh beberapa penari dengan menambahkan unsur blocking panggung sehingga melibatkan garis dan gerak yang serba besar.

Tari Merak Ngigel karya Dewi Sulastri pada tahun 80-an ini menjadi penampilan kedua #LiveInTheaterRadjawali. Tari ini menggambarkan sosok burung merak, yang meperlihatkan kelincahannya, keceriaannya dalam hidup bersama teman-temannya.

Tari Adaninggar Kelaswara merupakan bentuk tarian berpasangan atau sering juga disebut Wireng. Penampilan tari ketiga ini terinspirasi dari Serat Menak pada episode yang kelima yaitu putri China.Tarian ini mengambil dari salah satu episode peperangan maka juga dikenal dengan pethilan. Garapan tari ini mengalami penyempurnaan tergantung dari penari yang mementaskannya. Mengacu tari gaya Surakarta. Tata rias dan tata busana meniru sebagaian pada wayang golek, sedang music tari menggunakan cengkok wayang.

Selanjutnya Tari Lintang Kemukus disajikan sebagai penampilan keempat.Tari ini merupakan karya Trisya Dewi Sartika.Menggambarkan sosok wanita dengan kecantikan dari dalam jiwanya yang tidak mudah lapuk dan sirna oleh pengaruh apapun. Sebab perilaku dan ucapannya sangat tertata penuh pesona sebagai cerminan kecantikan kepribadiannya. Meski nun jauh di mata, sosok wanita yang demikian itu tetap mampu menyorotkan cahaya pekertinya

Dan sebagai penutup Tari Sancaya Kusuma Mitra dibawakan penuh penghayatan oleh sepasang penari. Tarian ini menggambarkan pertarungan dua orang raja dalam kisah Wayang Madya. kedua orang raja tersebut adalah Prabu Sancaya dari Kerajaan Nusarukmi dan Prabu Kusumawicitra dari Kerajan Mamenang (Kediri). Pertarungan dimenangkan oleh prabu kusumawicitra yang dikenal juga dengan nama Sri Aji Pamasa, tokoh dalam kisah Wretta Sancaya gubahan Empu Tanakung di era Majapahit. Ada tiga versi  Sancaya Kusumawicitra, dan yang kami tampilkan ini adalah salah satunya, gubahan S. Ngaliman .

Penampilan Sanggar Iswara dapat disaksikan dengan cara (klik disini).

Leave a Comment